Pak Ratno, kerja ikut Suster sejak masih ‘bujang’ setelah zaman Gestapu. Tanggapan orang di sekitar sini baik sekali. Waktu itu Susternya masih sedikit. Pak Ratno bersama dengan Pak Tari (kakak Pak Ratno) ngurusi pohon apel juga lembu. Dulu kalau ‘ngelep apel’ jam 01.00 atau jam 02.00 malam. Itu bisa sampai dua hari, tapi senang, karena orang-orang kampung selalu datang untuk membantu. Orangnya rukun-rukun, tetapi sekarang ini lain, apa karena tidak suka dengan Suster, Pak Ratno tidak tahu, koq mereka sekarang suka membuang sampah ke tempatnya Suster.
Awalnya, kerja disini cukup berat karena hanya berdua saja dengan Pak Tari, ngurusi apel dan lembu, merah susu, cari rumput kadang sampai di Pujon. Datang jam 4 pagi, pulang sore kadang malam. Sekarang lebih enak, waktu minum ada istirahat, juga waktu makan siang, sesudahnya ada istirahat, dulu tidak ada. Sekarang juga ada acara arisan, kumpul dan makan bersama, sebulan sekali, Pak Ratno senang.
Biara ini dulu seperti pondok, tenang. Pegawainya bekerja dengan tenang dan diam, sekarang lain, teriak-teriak dan bersiul-siul.
Ada cerita yang lucu, Bu Suma (istri Pak Ratno, Red) mau melahirkan anak ke lima sapinya Suster juga mau beranak. Jadi, Pak Ratno nunggu sapi yang mau beranak, sedangkan Bu Sumi ditunggui oleh Anna (karyawati Suster).
Pak Ratno kerja di sini senang, merasa tenang, merasakan doa-doanya Suster. Biara ini sudah pak Ratno anggap sebagai rumah sendiri.
***
Pak Ratno adalah karyawan kami,
bekerja di Biara Flos Carmeli sejak April 1963