Para Suster dikumpulkan dalam nama Tuhan, dijiwai oleh Roh Kudus, dengan mengikuti teladan Bunda Allah dan Gereja Awali, para Suster berusaha hidup bersatu dalam “satu hati dan satu pikiran” dan dengan demikian membentuk suatu keluarga yang otentik di mana semua sungguh mengalami bahwa mereka adalah saudari-saudari dan putri-putri dari Bapa yang sama. Persatuan hati ini yang terlaksana dalam setiap komunitas.
Hidup komunitas harus menjurus ke arah suatu persatuan yang lebih mendalam dalam cinta kasih. Hal ini menuntut agar setiap Suster selalu terbuka dan menyadari bahwa ia memerlukan mereka, sehingga kehadiran Kristus dapat meresap masuk lebih dalam setiap hari. Demikian pula mereka harus berusaha agar suasana damai dan ketenangan, cinta kasih dan pelayanan terdapat dalam komunitas. Dalam komunitas, para Suster mencari Allah dalam doa, karena yakin akan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah mereka. Komunitas adalah tungku api, tempat kemurnian yang sudah diabdikan mengobarkan nyala cinta kasih yang
berkobar-kobar kepada Allah dan kepada sesama Suster. Komunitas adalah pemberian dari apa yang dimiliki masing-masing untuk kebaikan semua orang, dengan jalan kemiskinan sukarela.
Peranan bel dalam biara
Sepanjang hari, acara harian kami ditandai dengan bel. Bila bel berbunyi, berarti para Suster dipanggil untuk meditasi bersama, ibadat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, dan untuk konperensi. Sejak pagi hari, yaitu pkl. 04.10 bel dibunyikan untuk memulai hari dengan meditasi. Selain mengumpulkan para Suster untuk melakukan kegiatan bersama, tanda bel juga menandai pergantian acara, misalnya ketika waktu rekreasi selesai, dibunyikan bel dan para Suster masuk kembali dalam keheningan. Tanda bel sangat membantu kami untuk melakukan berbagai kegiatan dengan disiplin dan bersama. Bila di luar acara harian, tiba-tiba dibunyikan bel, itu berarti ada sesuatu yang penting, yang memanggil para Suster untuk segera berkumpul. Demikianlah kehidupan kami sehari-hari yang selalu diwarnai dengan tanda bel, hanya pada waktu ibadat tengah malam saja, tidak dibunyikan bel.
Lonceng Gereja
Setiap pagi, siang, dan petang lonceng dibunyikan. Bila pagi hari untuk memanggil umat, bahwa ada Perayaan Ekaristi. Siang hari dan petang untuk berdoa Angelus (Malaikat Tuhan). Ketika kami sedang bekerja, dan lonceng berbunyi, maka kami berhenti sejenak untuk berdoa.
***
Dear Suster
Adakah saya bisa mengetahui email untuk berkomunikasi dan memohon bantuan dukungan doa, dari suster – suster di biara flos carmeli ?. Would you like to reply this to my email. Terimakasih.
Alamat Email sudah kami cantumkan di halaman depan website ini.
Terima kasih.
kapan dapat bertemu kembali dengan suster laura, gerarda dan lain nya