Di dalam Keheningan,
Cinta Tuhan semakin Nyata
Lagu ini begitu menyentuh batinku dan menggugah aku untuk mengingat kembali panggilanku. Tiga puluh tiga tahun aku telah menjalani hidup dalam keheningan di Biara Karmel “Flos Carmeli”, Batu, mencari mutiara yang indah (Mat. 13, 44 – 46).
Kutinggalkan orang tua, sanak saudara, karya-karyaku (seperti Modes dan Kapsalon beserta murid-muridku dan para klienku), pacarku dan teman-temanku, dsb., untuk menanggapi panggilan Tuhan yang tiada pernah meninggalkan aku, tetapi senantiasa menolong dalam perjuangan hidupku yang penuh tantangan.
Sungguh indah dan mengagumkan hidup sebagai Rubiah Kontemplatif dalam Klausura Papalis (Kepausan) yang penuh “misteri” memengaruhi pembangunan Kerajaan Allah. Dengan menyadari dan menghayati keberadaanku di dalam bentuk kerasulan ini, serta tersu-menerus berusaha menghayati persatuan dengan Kristus di dalam doa dan kurban secara khusus, setiap hari; dan lebih lagi menanggapi panggilan Yesus di Taman Getsemani, kepada para murid-Nya Dia bersabda, “Hati-Ku sangat sedih, mau mati rasanya, tinggallah di sini dan berjagalah bersama Aku” (Mat. 26, 38).
Sungguh . . . . sangat mengagumkan, banyak hal yang secara manusiawi sudah tidak mungkin, namun Tuhan selalu memberikan harapan, bahkan penyelesaiannya. Oleh karena semua pengalaman itu, aku selalu menyerahkan segala permohonan-permohonan doa dari banyak orang yang memercayakan doanya kepada hidup doa kami, supaya Tuhan, Bapa yang Maha Pengasih, membuat mukjizat dan memenuhi harapan mereka, karena Tuhan tidak pernah mengecewakan seorang pun yang menaruh kepercayaan kepada-Nya. Di sinilah aku makin merasakan: Di dalam keheningan, Cinta Tuhan semakin nyata dan membahagiakan.
Bersatu dalam doa,
Sr. Maria Murti Susanti, O. Carm.
20 Oktober 2011
***