Segenap Suster Karmelites di Batu maupun di Banturung yang bahagia,
Sebagai warga Ordo Karmel, betapa gembira dan penuh rasa syukur hati kami dapat ikut merayakan Yubileum 50 Tahun Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” di Batu-Malang, walaupun dari jauh. Selama kami bertugas mengabdi Gereja dan masyarakat di Keuskupan Malang, sebagai imam tahun 1965-1966 dan 1970-1973, dan sebagai uskup 1973-1988, kemudian sebagai uskup purnakarya 2003-2005; dan sebagai imam tahun 1966-1970 di Pematang Siantar, Keuskupan Agung Medan, dan sebagai uskup di Keuskupan Manokwari-Sorong 1988-2003, “Flos Carmeli” di Batu dan “St. Joseph” di Banturng selalu tak mudah terlupakan. Dari Sorong di Papua, kami dalam hati ikut menaruh perhatian atas didirikannya Biara Pertapaan Karmel “St. Joseph” di Banturung, Keuskupan Palangka Raya. Terutama sejak 1988 hanya beberapa kali sempat mengunjungi Biara Rubiah Karmel di Batu-Malang, Jawa dan dua kali di Banturung, Palangka Raya, Kalteng. Namun, meskipun demikian “jauh di mata, dekat di hati”. Mengapa demikian?
Gereja dalam ajarannya menegaskan, bahwa di antara umat anggotanya ada kelompok, yang disebut kaum religius atau biarawan-biarawati (LG 43-47). Di kalangan mereka itu ada pula yang termasuk kaum religius kontemplatif. Siapakah mereka ini? Paus Beato Yohanes Paulus II menjawab: “Tarekat-tarekat yang sepenuhnya bersifat kontemplatif dan beranggotakan pria atau wanita, bagi Gereja merupakan kebanggaan dan sumber rahmat Ilahi. Melalui hidup dan misi mereka, para anggota Tarekat-tarekat itu meneladan Kristus dalam doa-doanya di atas bukit, memberi kesaksian akan kedaulatan Allah atas sejarah dan mengantisipasi kemuliaan yang akan datang” (VC 8).
Sebagai imam dan uskup Karmelit, kami secara pribadi berusaha, sesuai dengan tuntutan tugas karya kami, untuk tidak meninggalkan tujuan panggilan kami sebagai biarawan Karmelit, yang bagaimanapun sifat dan bentuk tugas karya kami, kami harus berusaha menghayatinya dengan semangat dan jiwa kontemplatif. Saya yakin, bahwa keberadaan lembaga atau tarekta kontemplatif dalam Gereja, merupakan kesaksian umat manusia paling tinggi akan penghormatan dan balasan kasihnya kepada Allah. Di Indonesia, kehadiran Tarekat-tarekat kontemplatif, termasuk para Suster Karmelites di Batu dan Banturung, dapat diperkokoh dengan ucapan Paus Beato Yohanes Paulus II ini: “Begitulah ada alasan yang cukup untuk berharap, bahwa pelbagai bentuk hidup kontemplatif akan mengalamai terus-menerus di gereja-gereja muda sebagai tanda jelas, bahwa Injil telah berakar mantap, khususunya di wilayah-wilayah dunia, yang sebagian besar penduduknya menganut agama-agama lain. Itu akan membuka kemungkinan memberi kesaksian akan masih vitalnya tradisi-tradisi asketisme dan mistisisme Kristiani, dan akan berdampak atas dialog antarumat beragama” (VC 8).
Berpegangan pada ajaran Gereja itulah, saya sungguh bersyukur kepada Tuhan atas tetap hadirnya komunitas para Suster Karmelites, baik di Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” selama 50 tahun mulai tahun 1962, maupun di Biara Pertapaan Karmel “St. Joseph” di Banturung selama 19 tahun mulai tahun 1993. Latar belakang dan sejarah kedatangan para Suster Karmelites pertama di Indonesia dan awal penanaman, pertumbuhan, dan munculnya “Flos Carmeli”, “Bunga Karmel” di Batu-Malang, dan kemudian lahirnya Biara “St. Joseph” di Banturung-Palangka Raya diceritakan dengan baik oleh Rm. Edison Tinambunan, O. Carm. dalam “Berita Karmel” (BK) No. 387.
Apa yang telah dimulai di dalam Ordo Karmel kita di Indonesia untuk melaksanakan tugas panggilan Gereja dengan niat, tekad, semangat, dan ketekunan yang tinggi dari segenap biarawan-biarawti Karmelit pendahulu kita, harus kita teruskan, pelihara, dan tingkatkan lebih lanjut. Seperti disadarkan kembali dalam Kapitel Jenderal 2007 di Roma, kita kaum Karmelit dipanggil menghayati hidup kita “untuk mengikuti Yesus Kristus sebagai komunitas yang berdoa dan profetis di suatu dunia yang terus berubah”. Nah, bila itulah jatidiri panggilan Ordo Karmel kita, betapa pentingnya peranan doa (kontemplasi), agar kita sungguh mampu tampil melaksanakan panggilan kenabian kita! Maka betapa pentingnya, bukan hanya kontemplasi kita masing-masing untuk melaksanakan karya kerasulan, tetapi betapa dibutuhkan juga kehadiran sumber kekuatan doa, yang selalu kita butuhkan, yakni komunitas-komunitas religius kontemplatif.
Marilah kita semua ikut bersyukur dan bergembira bersama dengan rekan-relan puteri Karmelit di Biara “Flos Carmeli” di Batu-Malang, yang telah hadir selama 50 tahun dan di Biara “St. Joseph”, yang ikut hadir selama 19 tahun di Banturung-Palangka Raya. Dengan segala ikhtiar, khususunya dengan doa, marilah kita berusaha membangkitkan dan memupuk panggilan di kalangan umat untuk memasuki hidup religius kontemplatif. Justru di tengah masyarakat ramai dewasa ini, yang makin sibuk hanya memerhatikan keinginan dan keperluan duniawi, makin dibutuhkan pula keinginan orang-orang, yang mau pertama-tama menghormati, memuji, dan membalas kasih Allah, yang tiada taranya besarnya!
Semoga kata-kata Paus Beato Yohanes Paulus II ini dapat makin kita dengarkan dan kita pahami dalam ikut merayakan Yubileum 50 Tahun Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” pada tanggal 29 April 2012 ini.
“Dalam kesunyian dan dengan berdiam diri, dengan mendengarkan Sabda Allah, dengan ikut serta dalam Ibadat Ilahi, asketisme pribadi, doa, matiraga, dan persekutuan cinta kasih persaudaraan, mereka mengarahkan hidup mereka seluruhnya serta segala kegiatan mereka kepada kontemplasi Allah. Begitulah mereka memberi di tengah jemaat gerejawi, kesaksian yang istimewa akan cinta kasih Gereja terhadap Tuhannya. Mereka mendukung -melalui kesuburan apostolik yang terselubung- pertumbuhan Umat Allah” (VC 8)
Para Saudari Karmelit terkasih,
Bergembiralah dan yakinlah, Tuhan yang telah memanggil Anda kalian mengikuti Yesus Kristus untuk hidup kontemplatif bersatu erat dengan Allah menurut spiritualitas Karmel, menyertai dan memberkati Anda kalian selalu.
***
Salam persaudaraan Karmel,
Msgr. F.X. Hadisumarta, O.Carm.
kapan bisa ke malang lagi