Saya, Ibu Sri Rahayu, dan teman saya, Theresia Sulastri, waktu itu thn 1961 menjadi Guru di Sekolah “Sang Timur”, Batu. Saya guru TK “St. Maria”, sedangkan teman saya guru SD “St.Yoseph”, Batu. Kami berdua diminta oleh Rm. G. Harjoko, O. Carm. untuk membantu Sr. M. Brocarda Sri Maharsi Poespowardojo dan Sr. M. Redempta Soejati Dipoyudo yang masih berdua menghuni Biara Karmelites “Flos Carmeli”, di Jl. Kutilang yang sedang dibangun, mempersiapkan pendirian Biara Karmelites.
Pada tgl 30 September 1961 kami mulai bertugas dan menempati kamar bagian luar di Biara Karmelites. Disamping tugas saya sebagai Guru, sebagian besar waktu saya untuk membantu para Suster untuk keperluan sehari-hari, misalnya:sebelum mengajar di sekolah, saya belanja, menyiapkan Sakristi untuk misa pagi, dan sesudah pulang dari mengajar saya kembali membersihkan ruangan bagian luar, menjualkan hasil kebun dan rumput Kolojono (rumput untuk makanan ternak).
Karena belum Klausura saya masih diperkenankan masuk biara bagian dalam untuk makan bersama dengan para Suster, berkebun dan mengerjakan keperluan lain sambil menanti kedatangan Suster-suster dari Jerman, yaitu Sr. M. Immaculata, Sr. M. Theresita dan Sr. M. Elia. (Saya tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan Suster dari Jerman karena belum memahami bahasanya )
Selama tinggal bersama para Suster, saya merasa iman saya lebih dikuatkan, timbul keinginan juga untuk menjadi Karmelites namun Tuhan menghendaki lain, setelah peraturan klausura diresmikan tgl.29 April 1962, kami berdua tetap mambantu para Suster tetapi hanya bagian luar klausura.
Setelah bertemu dengan Pemuda muslim namun bersedia menjadi Katolik thn 1963 saya berkeluarga dan meninggalkan Biara Karmelittes, setelah pensiun, suami saya F.X.Nur Wiji membantu para Suster khususnya dalam mengelola kebun apel, thn 2010 suami saya dipanggil Tuhan.
Saya masih sering datang ke Karmelites. Ketika putra pertama lahir, saya ke Karmelites untuk meminta nama kepada Sr. M. Brocarda, demikian juga putra-putri saya yang lain, Sr. M. Brocarda yang memilihkan nama.
Salah satu di antara putri saya ada yang menjadi biarawati, yaitu Sr. Immaculata, SSpS Sampai saat ini saya masih menghargai keberadaan Suster Karmelites dengan segala peraturan klausura yang ada.
Harapan saya semoga makin banyak pemudi yang tertarik menjadi Karmelites karena doa-doa mereka masih sangat diperlukan untuk dunia masa kini.
Profisiat 50 Tahun Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli”, Batu
***
Batu, 29 Januari 2012
Ibu Sri Rahayu.